Laporan Praktikum Konservasi Tanah dan Air Perencanaan Sistem Teras
Perencanaan Sistem Teras
Dasar Teori
Jenis erosi berdasarkan kecepatan terjadinya erosi dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
a) Erosi geologi
Erosi geologi adalah bentuk pengikisan proses pengikisan atau penghancuran tanahnya relatif seimbang dengan proses pembentukannya. Gejala alam ini dapat dikatakan tidak menimbulkan kerusakan lingkungan.
b) Erosi tanah
Erosi tanah atau dinamakan pula erosi yang dipercepat (accelerated erosion) yaitu bentuk erosi yang proses penghancuran tanah (batuan) jauh lebih cepat dibandingkan dengan pem bentukannya. Erosi tanah biasanya dipercepat oleh aktivitas manusia dalam mengelola lahan tanpa memperhatikan unsur-unsur kelestarian alam misalnya penebangan hutan sembarangan dan lain-lain. (Musatafa, 2012).
Erosi dapat terjadi karena tumbukan air hujan (energi kinetik) yang mengenai tanah yang tidak tertutup atau dari kecepatan aliran air yang tidak dihambat oleh akar–akar atau vegetasi (Sutedjo, 2011)
Faktor penting yang terkait dalam erosi tanah oleh air meliputi iklim, tanah, topografi, dan penggunaan lahan dan pengelolaan lahan (Baja, 2012).
Kemiringan Lereng adalah sudut yang dibentuk oleh perbedaan tinggi permukaan lahan (relief), yaitu antara bidang datar tanah dengan bidang horizontal (Manusawai, 2015).
Pada hakekatnya pengusahaan lahan dengan prinsip konservasi bertujuan menekan tingkat atau laju erosi sedemikian rupa sehingga tidak melampaui batas erosi maksimum yang masih dapat dibiarkan (Arianti, 2013).
konservasi tanah dan air diharapkankan dapat mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan sehingga masyarakat dapat terhindar dari dampak dari erosi yang memerlukan dana yang cukup besar dalam penanganan dampak erosi tersebut (Rizkita, 2013).
Kemampuan lahan adalah potensi lahan untuk penggunaan berbagai sistem pertanian secara umum tanpa menjelaskan peruntukan untuk jenis tanaman tertentu maupun tindakan-tindakan pengelolaannya (Sitorus, 2013).
Lereng pada kondisi alamiahnya biasanya pada kondisi stabil, namun perubahan oleh manusia akan menurunkan stabilitasnya.(Sumiyanto, 2016).
Semakin curam kelas kemiringan lerengnya, maka lebar teras semakin sempit, tinggi teras semakin tinggi, lebar pematang sawah semakin lebar, dan sudut kemiringan terhadap bidang vertikal semakin besar (Sunarta, 2013).
Daftar Pustaka
Arianti, Iin. 2013. “Pemanfaatan Lahan dengan prinsip Konservasi”. Jurnal Ilmu pengetahuan dan Rekayasa. 5, 1
Baja, Sumbangan. 2012. Perencanaan Tata Guna Lahan dalam Pengembangan Wilayah. Penerbit Andi. Yogyakarta
Manusawai, Jacob. 2015. Potensi dan Strategi Pengelolaan Hutan Lindung Wosi Rendani. Deepublish. Yogyakarta
Mustafa , Muslimin. 2012. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Hasanudin. Makassar
Rizkita, Hijrahwati. 2013. “Analisi Konservasi Lahan”. jurnal konservasi tanah dan air. 9,1
Sitorus, Bintang. 2013. “Evaluasi Kemampuan Lahan Desa Sihiong”. Jurnal Online Agroekoteknologi. 1,2
Sumiyanto, 2016. “PENGARUH PEMBUATAN TERASERING PADA LERENG TERHADAP POTENSI LONGSOR”. Jurnal Ilmiah Dinamika Rekayasa. 6, 2
Sunarta, I Nyoman. 2013. “Karakteristik Terasering Lahan Sawah dan Pengelolaannya di Subak Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan”. E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika. 2, 182
Sutedjo, M. M. 2011. Pengantar Ilmu Tanah. Rhineka Cipta. Jakarta (2010)
Laporan Praktikum Konservasi Tanah dan Air Perencanaan Sistem Teras
4/
5
Oleh
Sang Kualita
Tambahkan Komentar Anda Untuk Meningkatkan Kualita Blog Ini Dengan Cara : Tidak Spam dan Berkatalah yang Sepantasnya.