Thursday, September 21, 2017

Review Jurnal Rehabilitating Mangrove Ecosystem Services: A Case Study On The Relative Benefits Of Abandoned Pond Reversion From Panay Island, Philippines

Review Jurnal Rehabilitating Mangrove Ecosystem Services: A Case Study On The Relative Benefits Of Abandoned Pond Reversion From Panay Island, Philippines

Contoh Hutan Bakau / Mangrove

Rehabilitasi Hutan Bakau

Hutan bakau menyediakan jasa ekosistem mitigasi dan adaptasi perubahan iklim (CCMA) yang vital, namun telah mengalami penurunan luas di daerah tropis. Untuk mengurangi kerugian tersebut, rehabilitasi dilakukan pada agenda konservasi. Namun, ekosistem dari mangrove yang direhabilitasi di lokasi pasang-surut ini jarang dinilai. Dalam studi kasus dari Pulau Panay, Filipina, dengan menggunakan metode berbasis ke lapangan dan satelit, kami menilai cadangan karbon dan potensi perlindungan pantai dari pinggir laut pasang-surut yang direhabilitasi dan area tambak pasang-surut yang terbengkalai (disewa), terhadap referensi bakau karena ukurannya yang besar dan kondisi lokasi yang tepat, perubahan penampakan ikan yang ditinggalkan ke bekas mangrove ternyata menguntungkan untuk meningkatkan CCMA di zona pesisir. Dalam studi kasus khusus dikotamadya, 96,7% tambak yang ditinggalkan dengan potensi tinggi untuk rehabilitasi yang efektif memiliki status kepemilikan yang baik untuk pengembalian. Temuan ini berimplikasi pada pengelolaan zona pesisir di Asia dalam menghadapi perubahan iklim.


Perencanaan Daerah Spasial dan Pengelolaan Zona Pesisir

Perencanaan daerah spasial dan pengelolaan zona pesisir yang menggabungkan tujuan ekosistem mangrove semakin banyak dalam agenda untuk memprioritaskan area pengelolaan untuk mengurangi degradasi ekosistem. Demikian pula, pendekatan semacam itu dan mempertimbangkan nilai ekosistem mangrove terhadap keseluruhan kelompok pemangku kepentingan, dapat menjadi alat penting untuk mengidentifikasi area kunci untuk rehabilitasi dan restorasi ekosistem mangrove di lahan konversi. Namun, struktur kepemilikan lokal yang diakui secara formal dan hampir formal memberikan tantangan besar terhadap pendekatan perencanaan dan penentuan spasial, dan dapat mempengaruhi keefektifan keputusan manajemen. Sebaliknya, studi kasus kami mengidentifikasi daerah-daerah yang substansial dengan konflik kepemilikan seminimal di wilayah prioritas untuk rehabilitasi mangrove (zona pasang-surut menengah dan atas). Latihan perencanaan tata ruang untuk memprioritaskan beberapa rehabilitasi (berdasarkan misalnya penilaian kerentanan pesisir) pertama-tama harus bertujuan untuk mengevaluasi keberadaan kesenjangan kepemilikan yang diakui secara formal (misalnya pelanggaran kepemilikan atau lahan tidak produktif) untuk mengevaluasi potensi rehabilitasi kawasan yang saat ini memiliki kepemilikan. Dalam kasus seperti rehabilitasi mangrove di Filipina, ini dapat memaksimalkan manfaat: rasio biaya usaha CCMA untuk masyarakat pesisir dan menghindari alokasi dana konservasi terbatas yang tidak efektif dan boros.

Pendekatan Perencanaan Spasial untuk Rehabilitasi Hutan Bakau

Pendekatan perencanaan spasial untuk rehabilitasi mangrove mungkin memiliki relevansi khusus di tempat lain di Asia Selatan dan Tenggara dimana ketiadaan tambak juga sama tinggi: misal Malaysia (60%), Thailand (50-80%) dan Sri Lanka (60-90%). Di negara lain, lebih banyak lagi populasi topan yang diyakini memiliki tingkat untuk mengabaikan tambak yang tinggi (misalnya Vietnam, Taiwan), potensi manfaat CCMA dari identifikasi dan rehabilitasi tambak yang ditinggalkan mungkin merupakan konsekuensi tertentu. Di banyak bagian Asia, banyak daerah tambak yang ditinggalkan (tidak produktif) dengan cepat dikonversi menjadi fungsi alternatif lainnya (misalnya tambak garam, pertanian). Pemantauan dan evaluasi produktivitas akuakultur di dalam wilayah pesisir ini dan penyertaan mereka dalam perencanaan tata ruang untuk rehabilitasi mangrove dapat menjadi sarana untuk menghentikan kerugian tersebut. Namun, relevansi pendekatan semacam itu terhadap wilayah regional yang lebih luas mungkin relatif terbatas di mana: (1) landasan kontinen yang lebih luas meningkatkan kesesuaian rehabilitasi pinggir laut dengan pasang-surut rendah, atau (2) kepemilikan tertulis adalah bentuk dominan dari kepemilikan lahan zona pesisir, sehingga susah diutak-atik.

Kesimpulan

Dalam beberapa dekade terakhir, terdapat bukti yang telah meningkat mengenai potensi relatif rehabilitasi tambak yang ditinggalkan untuk melestarikan hutan mangrove. Studi kasus kami menyoroti kontribusi ekosistem mangrove yang tinggi pada tambak ikan, dengan potensi relatif tinggi untuk rehabilitasi pesisir untuk tujuan CCMA terpadu di Filipina. Sementara studi kasus kami menunjukkan status kepemilikan yang baik untuk area tambak ikan yang paling potensial mulai ditinggalkan, sehingga adanya politik dan kapasitas yang kuat akan diperlukan untuk membatalkan sewa dan merehabilitasi area mangrove sebelumnya. Namun, rehabilitasi mangrove di daerah tambak yang ditinggalkan mungkin merupakan salah satu dari banyak kunci untuk melindungi hutan mangrove, yang terutama penting dalam konteks meningkatnya tingkat keparahan badai dan kenaikan permukaan air laut yang terkait dengan perubahan iklim.


Daftar Pustaka

Duncan, Clare, Jurgenne H. Primavera, Nathalie Pettorelli, Julian R. Thompson, Rona Joy A. Loma, Heather J. Koldewey. 2016. Rehabilitating Mangrove Ecosystem Services: A Case Study On The Relative Benefits Of Abandoned Pond Reversion From Panay Island, Philippines. Marine Pollution Bulletin. Volume 109, Issue 2, Pages 772–782.

Artikel Terkait

Review Jurnal Rehabilitating Mangrove Ecosystem Services: A Case Study On The Relative Benefits Of Abandoned Pond Reversion From Panay Island, Philippines
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email

Tambahkan Komentar Anda Untuk Meningkatkan Kualita Blog Ini Dengan Cara : Tidak Spam dan Berkatalah yang Sepantasnya.