Friday, February 17, 2017

Laporan Praktikum Pengukuran dan Inventarisasi Hutan Menaksir Potensi dan Analisis Struktur Tegakan Hutan Alam Tropika Basah

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN DAN INVENTARISASI SUMBER DAYA HUTAN
MENAKSIR POTENSI PRODUKSI DAN ANALISIS STRUKTUR TEGAKAN HUTAN ALAM TROPIKA BASAH


MENAKSIR POTENSI PRODUKSI DAN ANALISIS STRUKTUR TEGAKAN HUTAN ALAM TROPIKA BASAH


Tujuan

1. Dapat menghayati pelaksanaan timber cruising mulai dari pengambilan data di lapangan/ pengisisan tally sheet, pengolahan data, pembuatan Laporan Hasil Cruising (LHC), dan dapat menaksir potensi produksinya.
2. Dapat membandingkan pelaksanaan timber cruising hutan alam tropis dengan perisalahan hutan jati di Jawa.

Dasar Teori

Hutan di Indonesia termasuk jenis hutan tropika basah di wilayah barat dan hutan tropika kering di wilayah timur. Hutan tropika basah masih dibedakan atas hutan bakau, hutan pantai, hutan rawa gambut, hutan dataran rendah, hutan perbukitan, dan hutan pegunungan. Kemudian berdasarkan komposisi jenisnya dibedakan lagi menjadi hutan eboni, hutan meranti, hutan ramin, hutan rasamala dan lain-lain. Dibandingkan dengan hutan lainnya, hutan tropika basah Indonesia mengandung paling banyak jenis makhluk hidup dengan kata lain keanekaragaman hayati palling tinggi (Bustomi, 1995).

Metode yang digunakan dalam inventarisasi hutan adalah :
1. Inventarisasi Hutan Nasional dengan systematic sampling 20 km x 20 km, dan bisa dirapatkan menjadi 10 km x 10 km dan 5 km x 5 km.
2. Inventarisasi Hutan menggunakan metode Systematic Strip
Sampling with Random Start, dengan intensitas sampling :
- Inventarisasi dalam rangka pencadangan IUPHHK menggunakan metode intensitas sampling 0,3% (apabila belum tersedia hasil penafsiran citra landsat) dan 0,1% (apabila telah tersedia hasil penafsiran citra landsat) Inventarisasi dengan stratifikasi berdasarkan foto udara yang berkualitas baik : 0,05 %
- Inventarisasi dengan stratifikasi berdasarkan citra satelit TM/SPOT berkualitas baik (penutupan awan < 10 %) : 0,1 %.
- Inventarisasi dengan stratifikasi citra satelit kualitas kurang baik (penutupan awan > 10 %) : 0,3 %
- Inventarisasi Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) terdiri dari :
● RKUPHH sampling dengan intensitas 1 %
● RKLUPHH sampling dengan intensitas 5 %
● RKTUPHH sensus 100 %  (Latifa, 1994).

Untuk mengetahui potensi produksi suatu hutan, maka diperlukan inventarisasi hutan. Inventarisasi hutan adalah kegiatan dalam sistem pengelolaan hutan untuk mengetahui kekayaan yang terkandung di dalam suatu hutan pada saat tertentu. Secara umum inventarisasi hutan didefinisikan sebagai pengumpulan dan penyusunan data fakta mengenai sumberdaya hutan untuk perencanaan pengelolaan sumberdaya tersebut bagi kesejahteraan masyarakat secara lestari dan serbaguna. Istilah inventarisasi hutan biasa disebut perisalahan hutan/timber cruising/cruising/timber estimation. Timber cruising dilakukan dengan pengukuran, pengamatan, dan pencatatan terhadap pohon (yang direncanakan akan ditebang), pohon inti, pohon yang dilindungi, permudaan, data lapangan lainnya, untuk mengetahui jenis, julah, diameter, tinggi pohon serta informasi tentang keadaan lapangan/lingkungan yang dilaksanakan dengan intensitas tertentu sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Laporan Hasil Cruising (LHC) adalah hasil pengolahan data pohon dari pelaksanaan kegiatan timber cruising pada petak kerja tebangan yang memuat nomor pohon, jenis, diameter, tinggi pohon bebas cabang, dan taksiran volume kayu (Simon, 2007).

Baca Juga : Laporan Praktikum Pengukuran dan Inventarisasi Hutan Penaksiran Potensi Hutan Rakyat

Timber cruising dapat dilakukan dengan berbagai cara teknik sampling (random sampling, systematic sampling dan lain-lain).  Di kehutanan cara yang dianggap baik (resmi) dipergunakan adalah sampling sistematik dengan jalur coba atau plot. Bentuk-bentuk unit sampel pada dasarnya terdapat empat macam bentuk yaitu petak ukur jalur, persegi panjang, bujur sangkar, dan lingkaran. Di Indonesia petak ukur bujur sangkar dipakai untuk survey potensi permudaan hutan alam tropika basah yang akan ditebang, yaitu dibuat pada jarak setiap 100 m pada jalur survey untuk mengetahui volume tegakan. Ukuran bujur sangkar adalah 2x2 m untuk mengetahui potensi semai (seedlings), 5x5 m untuk mengetahui potensi pancang (saplings), dan 10x10 m untuk mengetahui potensi tiang (poles) (Kusmana, 1997).

Inventarisasi hutan merupakan suatu tindakan untuk mengetahui kekayaan suatu  perusahaan yang dilaksanakan baik oleh perusahaan, perorangan maupun pemerintah. Inventarisasi hutan ini dikenal pula dengan Timber Cruising atau disebut Cruising saja khususnya untuk kegiatan diluar pulau Jawa, sedangkan di pulau Jawa disebut dengan Perisalahan Hutan (Mardiamoko, 2014).

Alat dan Bahan

1. Peta kawasan hutan suatu RPH.
2. Peta rancangan teknik sampling untuk timber cruising suatu HPH.
3. Data LHC suatu HPH dan Rekapitulasinya.
4. Data Survey Permudaan kawasan suatu HPH.

Daftar Pustaka

BUSTOMI, S.  1995.  Penggunaan Centroid Volume dalam Menduga Volume Kayu Bulat Pinus, Pinus merkusii Jungh. Et de Vries.  Thesis pada Program Pascasarjana IPB.  Bogor.  (unpublished).
Kusmana, C, 1997. Metode Survey Vegetasi. PT. Penerbit Institut Pertanian Bogor. Bogor.
LATIFAH, S. 1994.  Perbandingan Ketepatan Hasil Pendugaan Volume Sortimen Kelompok Meranti Merah, Shorea spp., Berdasarkan Rumus Empiris Volume Sortimennya.  Studi Kasus di Areal HPH PT Inhutani III Sampit Kalimantan Tengah.  Skripsi pada Fakultas Kehutanan IPB.  Bogor.  (unpublished).
Mardiamoko, Gun. 2014. Ilmu Ukur Kayu dan Inventarisasi Hutan. Universitas Pattimura. Maluku
Simon, Hasanu. 2007. Metode Inventore Hutan. Media Aditya. Yogyakarta.

Artikel Terkait

Laporan Praktikum Pengukuran dan Inventarisasi Hutan Menaksir Potensi dan Analisis Struktur Tegakan Hutan Alam Tropika Basah
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email

Tambahkan Komentar Anda Untuk Meningkatkan Kualita Blog Ini Dengan Cara : Tidak Spam dan Berkatalah yang Sepantasnya.