Friday, April 7, 2017

Sumber-Sumber Pengetahuan, Intuisi, dan Sufisme dalam Islam

Sumber-Sumber Pengetahuan, Intuisi, dan Sufisme dalam Islam

Pengetahuan dalam Islam

  • Pengetahuan Islam lebih banyak berpijak pada al-Qur’an, untuk melihat kerangka epistemologinya, bisa dicermati pada sebuah ayat yang mengandung makna suatu pertanyaan dan pernyataan.
  • Epistemologi Islam mempunyai sandaran teologis yang menjadi pembeda dengan epistemologi Barat.

Surat Al-Mu’minun (40) ayat 82

أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَيَنْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۚ كَانُوا أَكْثَرَ مِنْهُمْ وَأَشَدَّ قُوَّةً وَآثَارًا فِي الْأَرْضِ فَمَا أَغْنَىٰ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Maka Apakah mereka tiada Mengadakan perjalanan di muka bumi lalu memperhatikan betapa kesudahan orang-orang yang sebelum mereka. adalah orang-orang yang sebelum mereka itu lebih hebat kekuatannya dan (lebih banyak) bekas-bekas mereka di muka bumi, Maka apa yang mereka usahakan itu tidak dapat menolong mereka.

Surat Al-Ghasyiyah (88) ayat 17-20

17: اَفَلَايَنْظُرُ ونَ اِلَى الْاِبْلِ كَيْفَ خُلِقَثْ
18: وَاِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ
19: وَاِلَى الْخِبَالُ كَيْفَ نُصِبَتْ
20: وَاِلَى الْاَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ
Maka Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana Dia diciptakan (17), dan langit, bagaimana ia ditinggikan? (18) dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? (19) dan bumi bagaimana ia dihamparkan? (20)

Sumber-sumber pengetahuan dalam islam

Wahyu

Dasar yang paling pokok dalam pengetahuan Islam adalah wahyu. Disini yang menjadi persoalan adalah bisakah wahyu terjadi. Untuk itu, perlu dijelaskan arti wahyu. Wahyu berasal dari bahasa Arab “Al-Wahy”, dan Al-Wahy adalah kata asli Arab bukan kata pindahan dari bahasa asing. Kata itu berarti suara, api dan kecepatan. Makna wahyu secara bahasa adalah sesuatu yang tersembunyi dan cepat, maksudnya adalah pemberitahuan kepada seseorang tentang sesuatu secara tersembunyi dan cepat serta bersifat khususbagi dia sendiri dan tersembunyi bagi yang lainnya.

Akal

Kata “akal” berasal dari bahasa Arab (al-‘aql), dalam al-Qur'an berbentuk ‘aqala yang berarti mengikat. Al-‘aql juga berarti al-Hajr, yang memiliki arti menahan, al-Nuha yang artinya kebijaksanaan yang merupakan lawan dari al-Huma yang artinya lemah pikiran, “akal” juga berarti al-Qalbu, lebih jauh kata ‘aqala diartikan memahami. Dalam hal ini, secara terminologi “akal” diartikan, yaitu sebagai daya pikir yang ada dalam diri manusia, dan merupakan salah satu daya dari jiwa yang berarti pula berfikir, memahami, menelaah, dan mengerti.

Pengalaman

Pengetahuan inderawi dimiliki manusia melalui kemampuan indera. Kemampuan itu diperoleh manusia sebagai makhluk biotik, berkat inderanya manusia dapat mengetahui apa yang terjadi di alam ini. Indera menghubungkan manusia dengan hal-hal yang konkrit material. Pengetahuan indera bersifat parsial, disebabkan perbedaan indera dengan yang lain. Namun pengetahuan inderawi sangat dibutuhkan karena indera merupakan gerbang pertama untuk pengetahuan yang utuh.

Walaupun indera terbatas dalam memperoleh pengetahuan; namun kedudukannya sebagai metode untuk memperoleh pengetahuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui perantara indera, pengetahuan ini tidak bertentangan dengan al-Qur’an. Sebagaimana firman Allah: Dan sesungguhnya kami tinggalkan dari padanya satu tanda yang nyata bagi orang-orang yang berakal (al-Ankabut: 29).

“Posisi” Intuisi?

Disamping pengetahuan berasal dari wahyu, akal dan empirisme ada sumber lain yang disebut “ilham”. Dalam al-Qur’an “ilham” dijelaskan dalam Surat as-Syams ayat 8: Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Muhammad Abduh mengemukakan ilham adalah perasaan halus yang jiwa merasa yakin lalu mendorongnya kepada apa yang dicari, tanpa merasa atau mengetahui dari mana datangnya. Ilham hampir serupa dengan perasaan halus, tanpa duka dan suka, yakni satu pengetahuan atau perasaan halus (insting) yang mendorong untuk mengetahui tanpa merasa dari mana pengetahuan itu datang.

Ilham dapat pula disebut dengan inspirasi-inspirasi (bisikan batin yang timbul dengan sendirinya). Pengertian lain ilham disebut juga sebagai petunjuk Tuhan yang hadir dalam hati atau diri manusia, di sini harus ada keyakinan bahwa petunjuk itu memang berasal dari Tuhan. Dalam hal ini ada dua macam bentuk pengetahuan yang bersumber dari ilham itu bisa ditangkap oleh diri manusia, pertama datang sendiri dan yang kedua melalui permohonan yang sungguh-sungguh.

Intuisi dan Sufisme

Intuisi sangat erat kaitannya dengan sufisme. Dalam dunia sufistik, intuisi dimaksudkan sebagai al-Ilm al-Huduri (ilmu kehadiran), yakni Tuhan melimpahkan pengetahuan-Nya kepada manusia yang dikehendaki untuk menerima limpahan pengetahuan tersebut secara langsung, atau manusia yang dengan sengaja mau mengusahakan untuk memperoleh limpahan secara langsung dari Tuhan.

Pemikiran Ibnu ‘Arabi bahwa: ber-Tuhan dan beragama adalah membiarkan kesucian hati menangkap Tuhan yang sesungguhnya, sesuai dengan pemikiran, psikologi dan budaya masing-masing.
Tuhan merupakan sumber pertama dalam pengetahuan. Ketika Tuhan menurunkan ilmu kepada manusia dan manusia mampu menangkap sinyal-sinyal ilmu atau mampu merasakan suatu pengetahuan baru dan ini diyakini kebenarannya, dan tidak tahu dari mana sumbernya, inilah yang disebut pengetahuan yang diperoleh melalui perantara ilham atau intuisi. Pengetahuan intuitif atau ilham yang diusahakan, dalam epistemologi sufistik dijelaskan, bahwa pengetahuan semacam ini bisa diperoleh apabila seseorang telah mampu membuka tabir (hijab) yang menghalangi antara diri manusia dengan diri Tuhan.

Artikel Terkait

Sumber-Sumber Pengetahuan, Intuisi, dan Sufisme dalam Islam
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email

Tambahkan Komentar Anda Untuk Meningkatkan Kualita Blog Ini Dengan Cara : Tidak Spam dan Berkatalah yang Sepantasnya.